8 Hal Yang Wajib Kamu Ketahui Jika Ingin Berjemur Dibawah Sinar Matahari
Melihat orang bule (Eropa atau Amerika) berjemur adalah hal yang lumrah. Lain cerita apabila yang berjemur adalah orang Indonesia. Bagi orang Indonesia, berjemur bukanlah hal yang lumrah bahkan cenderung dihindari.
Takut warna kulit menjadi (lebih) gelap adalah salah satu alasan utama orang Indonesia menghindari terpaan sinar matahari. Bukan saja orang Indonesia, sebagian besar orang di benua Asia pun demikian. Padahal matahari merupakan sumber vitamin D yang bermanfaat bagi tubuh. Karena kulit kita akan memproduksi vitamin D saat terpapar sinar matahari.
Defisiensi vitamin D dapat menghambat pertumbuhan dan metabolisme tubuh keseluruhan. Kurangnya asupan vitamin D dapat mengganggu beberapa fungsi vital tubuh karena vitamin D berperan penting dalam: pertumbuhan sel, otot dan saraf, sistem imun tubuh, radang dan inflamasi, serta berbagai gen yang mengatur proliferasi sel, diferensiasi sel, dan apoptosis (matinya suatu sel dengan sendirinya).
Rendahnya vitamin D juga dapat diasosiasikan dengan berbagai macam penyakit kronis seperti osteoporosis, jantung koroner, kanker, diabetes, autoimun, dan berbagai masalah infeksi saraf dan depresi.
Vitamin D ibarat sakelar dalam tubuh yang dapat menghidupkan atau mematikan proses metabolisme dan genetik untuk menjaga kesehatan. Menurut dr. Mercola, pakar kesehatan dari Amerika Serikat, dengan cukup vitamin D, sistem imun dalam tubuh seseorang akan bekerja lebih maksimal, sehingga mengurangi risiko terkena penyakit autoimun.
Vitamin D juga berfungsi untuk menjaga fleksibilitas pembuluh darah. Vitamin D bisa didapat dengan cara yang mudah yaitu melalui paparan sinar matahari pada kulit. Itu sebabnya, berjemur menjadi langkah terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin D. Tapi, jangan asal berjemur, karena yang dibutuhkan tubuh adalah sinar UVB bukan UVA yang justru membahayakan kulit. Berikut ini yang perlu diperhatikan orang Asia saat berjemur:
1. Yang membantu proses sintesis vitamin D adalah paparan sinar matahari gelombang pendek sedang atau UVB.
Sinar UVB ini didapat dari paparan sinar matahari langsung. Sedangkan UVA atau sinar matahari yang melalui jendela kaca tidak menghasilkan vitamin D. UVA justru menimbulkan efek negatif untuk kulit seperti melanoma (kanker kulit).
2. Setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda terhadap paparan sinar matahari.
Kepekaan terhadap paparan sinar matahari tergantung pada jenis kulit, ketersediaan bahan makanan untuk menyintesis vitamin D, kondisi kulit, warna kulit, usia, dan baju yang dikenakan.
3. Untuk mendapatkan UVB, matahari harus berada pada posisi di garis lintang 50 derajat.
Letak garis lintang ini berbeda-beda tergantung lokasi geografis. Untuk Indonesia bagian barat, garis lintang 50 derajat terdapat pada pukul 10.00 – 11.00 sampai pukul 14.00 – 15.00 WIB. Itu sebabnya direkomendasikan berjemur antara jam 10 pagi hingga jam 2 siang.
4. Lama berjemur cukup 5-10 menit, sebelum terasa sunburn di kulit.
Semakin putih warna kulit maka dibutuhkan waktu berjemur yang semakin singkat (5-10 menit). Semakin gelap warna kulit maka memerlukan waktu yang lebih lama (sampai hanya 15 menit), tidak lebih.
5. Untuk mendapatkan vitamin D yang cukup disarankan tangan dan kaki terpapar sinar matahari.
Minimal 1/3 bagian tubuh dan kulit yang terpapar sinar matahari.
6. Wajah memiliki kulit yang tipis, karena itu tidak akan banyak menghasilkan vitamin D.
Oleh karena itu sebaiknya saat berjemur, gunakan pelindung wajah, seperti topi, agar kulit wajah terlindungi dan terhindar dari flek.
7. Berjemur jangan terlalu lama.
Apabila terlanjur berjemur dalam waktu yang terlalu lama kemudian mengalami tanda-tanda sunburn, segera olesi dengan lidah buaya. Sedangkan dimalam hari olesi kulit dengan Virgin Coconut Oil.
8. Bagi mereka yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, berjemur bisa menimbulkan efek samping yang kurang menyenangkan.
Jika demikian, hindari berjemur hingga tidak lagi mengonsumsi obat-obatan tersebut.